Jobsinnovators – Pimpinan Pengasuh Pusat Gabungan Mahasiswa Buddhis Indonesia( PP Hikmahbudhi) Candra Aditiya Nugraha beraudiensi dengan Ketua Jendral Edukasi Warga Buddha Departemen Agama Republik Indonesia( Kemenag RI) Supriyadi, Sabtu( 24 atau 8).
Candra berterus terang, pertemuan Rgo303 Daftar itu mangulas Mengenai pemasangan Chattra di Candi Borobudur. Bagi ia, Chattra di candi Borobudur selaku parasut di stupa Candi Borobudur ataupun selaku penjaga, yang mempunyai hendak ketentuan arti mendalam serta spiritualitas untuk Pemeluk Buddha.
“ Kita membagikan desakan serta sokongan terpaut mengenai pemasangan Chattra di Candi Borobudur,” ucap Candra dalam penjelasan diperoleh, Sabtu( 24 atau 8 atau 2024).
Candra menguasai, arti Chattra mempunyai maksud parasut ataupun penjaga dalam sutta atau sutra dalam agama Buddha, salah satunya yang ada dalam Mucalindasutta dari Udana II, satu yang menarangkan kalau pada kala Buddha terkini saja menggapai Pencerahan Sempurna serta belum bergeming dari tempat duduknya di dasar tumbuhan Bodhi, Raja Dragon Mucalinda sempat tiba serta mengelilingi badan Si Buddha sebesar 7 kali memakai ekornya, kemudian melempangkan tubuhnya sambil meningkatkan kepalanya di atas Buddha serta memayungi Buddha dari cuaca panas ataupun dingin, dari serangga, dari teriknya mentari, serta dari binatang- binatang liar yang lain.
” Cerita ini dapat diamati selaku salah satu narasi sangat dini dalam kanon Buddha mengenai kedudukan parasut selaku suatu penjaga. Lalitavistara Sutra merupakan suatu sutra Mahayana yang terkenal, apalagi diabadikan dalam 120 relief di Candi Borobudur. Sutra ini diajarkan oleh Buddha di Sravasti, Jetavana, Anathapindada, di hadapan 12 ribu biarawan, 32 ribu Bodhisatwa, serta para dewa,” ucap ia.
Candra berkata, Sutra itu menceritakan kehidupan Buddha, mulai dari saat sebelum dia masuk ke dalam kandungan Istri raja Mahamaya sampai menggapai Pencerahan Sempurna serta memutar Cakra Dharma.
“ Dalam sutra ini, tutur” parasut”( parasol) kerap dipakai selaku ikon. Misalnya, saat sebelum turun ke bumi, Bodhisatwa bercokol di kastel surgawi yang dihiasi payung- payung bagus,” kata ia.
Candra memeruskan, dikala kelahiran Pangeran Siddharta, payung- payung surgawi pula menghiasi kastel, serta dewa- dewi menggenggam parasut menyambutnya. Parasut pula timbul dalam bermacam insiden berarti dalam hidup Buddha, tercantum dikala beliau meninggalkan kastel serta dikala mengarahkan Dharma.
“ Di akhir sutra, Buddha apalagi memakai kemiripan parasut buat melukiskan mutu seseorang Buddha pada Bodhisatwa Maitreya,” kata Candra.
Payung
Tidak hanya itu, pemakaian tutur parasut bisa ditemui dalam Gandavyuha Sutta. Buku ini menceritakan seseorang embara Sudhana yang bepergian untuk berlatih pada lebih dari 50 orang guru buat menggapai pendapatan Pencerahan Sempurna.
Dalam cerita itu, lanjut Candra, Sudhana ditafsirkan selaku seseorang anak muda yang senantiasa mempunyai parasut yang melindunginya.
Sedangkan itu, Sekjend PP Hikmahbudhi Dwi Purnomo mengatakan cerminan parasut itu terpahat dalam relief di Candi Borobudur.
” Perihal senada pula ada pada kisah- kisah Jataka, semacam Avadana serta Karmawibhangga Sutta. Kisah- kisah Jataka serta Avadana juga terpahat dalam relief di Candi Borobudur,” ekstra Dwi.
Parasut itu tampak di mana para brahmana dilindungi oleh parasut di atas kepalanya. Gabungan Mahasiswa Buddhis Indonesia( Hikmahbudhi) pada prinsipnya mensupport mengenai komitmen Bersama pemeluk Buddha serta pula penguasa buat memasang Chattra pada Stupa pucuk di Candi Borobudur.
“ Sehabis melaksanakan Rgo303 Alternatif amatan mendalam dengan memperhatian sebagian pandangan, pemasangan Chattra di Candi Borobudur telah jadi fokus pemeluk Buddha serta Penguasa dalam perihal ini Ditjen Bimas Buddha Departemen Agama RI, penguatan amatan telah dicoba dengan memperkenalkan sebagian pegiat, akademisi serta arkelogi, pastinya buat membandingkan anggapan mengenai pemasangan Chattra di Candi Borobudur semenjak sebagian tahun terakhir,” ia menutup.